Jumat, 10 Juni 2016

Ketika HTI (Hizbut Tahrir Indonesia) Terdesak



Bukan HTI namanya jika tidak pintar memainkan slogan-slogan keislaman. Kita ingat bagaimana slogan HTI yaitu Khilafah dan Syariah didengungkan, jika banjir yang didengungkan "Khilafah" jika bencana yang didengungkan "Syariah", seakan-akan jika dua hal itu terbentuk Indonesia bebas dari banjir dan bencana. Bisa kita lihat negara maju Eropa dan Amerika, mereka maju tanpa mendirikan Khilafah. Setelah kita lihat slogan itu gagal mereka menggunakan slogan "Indonesia milik Allah" yang mana seakan-akan mereka adalah wakil Allah yang berhak mewarisi negeri ini. Mereka mengklaim bahwa Indonesia belum berislam secara kaffah sehingga mereka datang untuk mengislamkan.

Maka dengan tindakan mereka seperti itu, mereka dianggap makar dan suatu gerakan saparatis dalam kepemerintahan. Pasalnya, mereka tidak mengakui bahwa pancasila dan UUD sebagai hukum yang sah di negara ini. Mereka juga tidak mengakui nasionalisme dan tidak mengakui NKRI. Mereka ingin menciptakan model khilafah seperti dahulu, yang ingin menyatukan negara-negara yang berpenduduk Islam. Akhirnya karena dianggap makar, maka mereka dihadang oleh NU, khususnya Banser. Banser mengadakan kerjasama dengan TNI untuk menurunkan spanduk khilafah dan membubarkan acara khilafah, dan akhirnya Banser sudah melaksanakan tugas itu. Ada beberapa tempat yang sudah dibubarkan acaranya dan spanduk khilafah sudah ada yang diturunkan.

Karena HTI sudah merasa terdesak, otomatis mereka mengubah slogan dengan sok-sokan mengakui pancasila. Dalam situs resminya, mereka menampilkan delapan poin yang menjawab bahwa HTI tidak anti pancasila. Jika di baca, ternyata judul dan isinya tidaklah pas, karena dalam point di sana, tidak adanya pengakuan bahwa pancasila asas tunggal dalam bernegara. Mereka juga menulis artikel bahwa yang lebih menghina pancasila adalah para koruptor. Iya memang para koruptor menghina pancasila, tapi mengatakan nasionalisme tidak ada dalilnya seperti yang dikatakan Ustadz Felix Siauw, hormat bendera haram, NKRI termasuk perpecahan, sama juga menghina pancasila.

Pancasila dibingkai dalam nasionalisme, NKRI, bendera merah putih, jika ada yang merusak bingkainya, maka sama saja merusak isinya. Lalu setelah itu, mereka menggunakan slogan "Islam Rahmatan Lil 'Alamin", yang mana mereka ingin menunjukkan mereka baik dan mengambil simpati masyarakat. Padahal, slogan itu sudah dipakai NU sejak zaman penjajah sampai zaman kemerdekaan. Karena NU setia dengan slogan "Islam Rahmatan Lil 'Alamin" NU menjaga persatuan bangsa. Ketika gereja di bom, NU menjaga gereja, ketika mayoritas banyak mengutuk dan menzalimi minoritas, NU dengan parah tokohnya merangkul minoritas dan mengajak bersama, bahwa tidak ada minoritas dan mayoritas di Indonesia, sehingga banyak pengakuan dari umat non muslim bahwa mereka merasakan Islam yang damai melalui NU.

Apapun slogan HTI, selama mereka menolak asas tunggal pancasila dan kedaulatan NKRI, maka Banser NU tak akan segan-segan membubarkan HTI di negeri ini. Karena dalam sejarah, bangsa ini diperjuangkan oleh Ulama, Pancasila juga dirumuskan oleh Ulama, bahkan lagu nasional dibuat oleh Ulama yang kebetulan mayoritas Ulama berorganisasi NU meskipun dari agama lain dan organisasi lainnya juga berperan dalam kemerdekaan Indonesia, maka HTI sudah menjadi musuh agama dan Ulama yang harus diberantas karena menolak hasil upaya para Ulama dalam membangun negeri ini.

Sumber: islamramah.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar