Jumat, 22 April 2016

GP Ansor: Yang Menolak HSN Itu Bukan Kaum Nasionalis dan Santri

TIMESINDONESIA, MALANG - Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kabupaten Malang, menegaskan bahwa pihak yang menolak Hari Santri Nasional (HSN) bukan santri dan bukan kaum nasionalis dan abangan.
"Kalau kaum nasional, kelompok abangan tidak mungkin menolak HSN. Karena dalam sejarahnya kelopok tersebut satu visi dalam perumusan resolusi jihad dengan pendiri NU, yakni KH Hasyim Asyari dan para ulama NU lainnya," jelas Sekretaris GP Ansor Kabupaten Malang, Husnul Sadad, ditemui MALANGTIMES, Kamis (22/10/2015), usai upacara HSN, di Ponpes Raudhatul Ulum 2, Putukrejo, Gondanglegi.
Menurut Husnul, dari sejarahnya, santri menjadi pelopor perjuangan. Dengan diakuinya HSN, para santri tidak perlu lagi mender dan merasa tradisionalis dan terpinggirkan. 
"Saatnya para santri menjadi pelopor dan ahli teknologi. Santri tidak boleh ketinggalan informasi. Tidak lagi ketinggalan dalam segala hal yang berbau modern. Harus mengikuti perkembangan zaman. Tapi isi kitab kuning harus menjadi dasar dan jiwa setiap santri. Ideologinya harus Aswaja dan nasionalisme yang Pancasilais," katanya.
Dengan ditetapkannya HSN katanya, tidak ada kotak-kotak. "Karena sejak dulu, para ulama dan para kaum abangan selalu berjuang bersama dengan para ulama NU. Yang menolak hari santri itu, jelas bukan santri, bukan orang nasionalis dan bukan kaum abangan. Karena sejak awal mereka selalu bersama dalam merebut kemerdekaan," katanya.
Sejak awal, Bung Karno selalu meminta masukan dan pendapat dari KH Hasyim Asyari. "Jadi, tidak ada kotak-kotak dengan ditetapkannya HSN," tegas Husnul.
Lebih lanjut, GP Andor Kabupaten Malang mengimbau para santri harus menjadi jangkar utama keutuhan NKRI. Dan hal itu, sudah sejak awal dilakukan para santri. "Imbauan bagi kader Ansor harus kembali berjuang berbasis Musala, Masjid dan Pesantren," ujarnya. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar