Sabtu, 28 Desember 2013

Tradisi dan Amaliyah NU

ما راه المسلمون حسنا فهو عند الله حسن (رواه مالك
“ Apa yang dilihat orang Muslim baik, maka hal itu baik di sisi Allah”(HR. Malik)
Sejarah diterimanya kehadiran Islam di Nusantara dengan kondisi keagamaan masyarakat yang menganut paham animisme (Hindu, Budha), tidak bisa dilepaskan dari cara-cara dan model pendekatan dakwah para mubaligh Islam kala itu yang ramah dan bersedia menghargai kearifan budaya dan tradisi lokal. 


Sebuah pendekatan dakwah yang terbuka dan tidak antipati terhadap nilai-nilai normatif diluar Islam, melainkan mengakulturasikanya dengan membenahi penyimpangan didalamnya dan memasukan ruh-ruh keIslaman kedalam subtansinya. Maka lumrah jika kemudian corak amaliyah dan ritualitas Muslim Nusantara khususnya Jawa, kita saksikan begitu kental diwarnai dengan tradisi dan budaya khas lokal, seperti ritual selamatan, kenduri dan lain-lain.
            Amaliyah dan ritual-ritual keagamaan yang bercorak budaya lokal dengan segala kekhasan tradisinya seperti itu, sampai kini tetap dilestarikan oleh Muslim Nusantara khususnya kaum Nahdliyin. Amaliyah keagamaan seperti itu tetap dipertahankan karena kaum nahdliyin meyakini bahwa ritual-ritual dan amaliyah yang bercorak lokal tersebut hanyalah sebatas teknis atau bentuk luaran saja, sedangkan yang menjadi subtansi di dalamnya murni ajaran-ajaran Islam. Dengan kata lain, ritual-ritual yang bercorak tradisi lokal hanyalah bungkus luar, sedangkan isinya adalah nilai-nilai ibadah yang diajarkan oleh Islam.
            Sebagai contoh, ritual selamatan atau kenduri yang dilakukan dengan seremonial pada waktu-waktu tertentu sesuai dengan kebiasaan lokal yang berlaku, didalamnya diisi dengan ibadah-ibadah yang dianjurkan Islam seperti bersedekah, dzikir, berdo`a, membaca Al Qur`an dan lain sebagainya. Mengenai seremonial atau penentuan waktu tersebut, tidak lebih hanyalah kemasan luar sebagai bentuk penyesuaian dengan teknis dan kebiasaan yang berlaku ditengah masyarakat dan tidak bertentangan dengan ajaran Islam.
            Dalam pandangan kaum Nahdliyin kehadiran islam yang dibawa oleh Rosulullah SAW. Bukanlah untuk menolak tradisi yang telah berlaku dan mengakar menjadi kultur kebudayaan masyarakat, melainkan sekedar untuk melakukan pembenahan dan pelurusan terhadap tradisi dan budaya yang tidak sesuai dengan risalah Rosulullah. Budaya lokal yang mapan menjadi nilai normatif masyarakat dan tidak bertentangan dengan ajaran Islam, maka Islam akan mengakulturasikanya bahkan mengakuinya sebagai bagian dari budaya dan tradisi Islam itu sendiri.
            Kendati demikian amaliyah dan ritual keagamaan kaum nahdliyin seperti itu sering mengobsesi sebagian pihak untuk menganggapnya sebagai praktek-praktek mistisme, Khurafat, Bid`ah bahkan syirik.
            Anggapan demikian sebenarnya lebih merupakan subyektivitas akibat terjebak dalam pemahaman Islam yang sempit dan dangkal serta tidak benar-benar memahami hakekat amaliyah dan ritual kaum Nahdliyin tersebut. Pihak-pihak yang seperti itu, wajar apabila kemudian dengan mudah melontarkan tuduhan bid`ah atau syirik terhadap amaliyah dan ritualitas kaum Nahdliyin, seperti tahlilan, maulid Nabi, Manakib, Ziarah kubur dan amaliyah-amaliyah lainya.
                Tuduhan-tuduhan bid`ah seperti itu sangat tidak berdasar secara dalil maupun ilmiah dan lebih merupakan sikap yang ncerminkan kedangkalan pemahaman keislaman. Adapun hadis yang menyatakan: setiap bid`ah adalah sesat ”Harus dibaca dan diproporsikan hanya dalam konteks ritual ibadah yang sama sekali tidak memiliki dasar hukum baik berupa dalil khusus ataupun dalil umum”.

A.      BID`AH
البدعة فعل ما لم يعهد فى عصر رسول الله
“Bid`ah adalah mengerjakan sesuatu yang tidak pernah dikerjakan di zaman Rosulullah”
Cakupan bid`ah sangat luas sekali meliputi semua perbuatan yang tidak pernah ada dizaman  Nabi, oleh karena itu sebagian ulama membagi lima macam.
1. Bid`ah wajibah
Yakni bid`ah yang dilakukan untuk mewujudkan hal-hal yang wajib oleh syari` seperti mempelajari nahwu, shorof, balaghoh, dll. Sebab hanya dengan ilmu tersebut seseoran dapat memahami Al qur`an dan hadis secara sempurna.
2. Bid`ah Mandubah
Yakni segala sesuatu yang baik, tapi tidak pernah dilakukan pada masa Rosulullah, seperti sholat tarawih 20 rakaat berjama`ah sebulan penuh yang dicetuskan oleh sahabat umar, pembukuan Al qur`an oleh sahabat Abu Bakar, Modifikasi yang dilakukan oleh sahanat Usman dengan memberi tambahan adzan sebelum Khutbah, penulisan, pemberian harokat, nomor surat dalam Al qur`an oleh sahabat Usman, mendirikan Madrasah, Pesantren dll.
3. Bid`ah Mubahah
Seperti berjabat tangan setelah sholat, memakai batik, sarung dan kopiah.
4. Bid`ah makruhah
Seperti menghiasi Masjid dengan hiasan yang berlebihan.
5. Bid`ah  Muharomah
Yakni bid`ah yang bertentangan dengan syara` (Al Qur`an Hadis) seperti faham jabariyah, qodariyah, ahmadiyah dll.
     Bila semua bid`ah adalah sesat, maka sebagian amalan-amalan para sahabat serta para ulama yang belum pernah dilakukan oleh Nabi adalah dholalah (haram), padahal sahabat Umar melaksanakan sholat tarawih 20 rakaat berjama`ah ketika itu beliau sendiri berkata:
نعمت البدعة هذه (رواه البخاري ومالك فى موطأ)
 Sebaik-baik bid`ah adalah ini (yakni sholat tarawih dengan berjama`ah)” (HR. Al Bukhori & Malik).
Dan masih banyak lagi contoh-contoh yang lain, kalau semua masalah baru tersebut dianggap sesat, maka akan tertutup pintu jihad para ulama tapi Alhamdulillah pikiran dan akidah seorang muslim tidak sedangkal itu.

B.       AMALIYAH DAN DALIL-DALILNYA
1. Tawassul
Tawassul adalah perantara, Syaikh Jamil Affandi menjelaskan bahwa yang dimaksud tawassul dengan para Nabi dan orang-orang Shaleh ialah menjadikan mereka menjadikan sebab dan perantara dalam memohon kepada Allah untuk mencapai tujuan. Pada hakikaynya Allahhlah pelaku yang sebenarnya (yang mengabulkan do`a). Sebagai contoh pisau tidak mempunyai kemampuan memotog dari dirinya sendiri karena pemotong yang sebenarnya adalah Allah dan pisau hanya sebagai penyebab yang alamiah (berpotensi untuk memotong)
Dalil Tawassul:
يا ايها الذين أمنوا اتقواالله وابتغوااليه الوسيلة و جاهدوا فى سبيله لعلكم تفلحون (المائدة : 35)
“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan carilah sebuah perantara untuk sampai kepada Allah berjihadlah kamu dijalanya mudah-mudahan kamu mendapat keuntungan”. (Al Maidah 35)

Sahabat Umar ketika melakukan sholat Istisqo` juga melakukan tawassul
أن عمر بن الخطاب ر.ض. كان إذا قحطوا استسقى بالعباس بن عبد المطالب فقال اللهم انا كنا نتوسل اليك بنبينا فتسقين وإنا نتوسل إليك بعم نبينا فاسقنا فيسقون (رواه البخارى)
“ Dari anas bi Malik beliau berkata, Apabila trjadi kemarau sahabat Umar bertawassul dengan Abbas bin Abdul Mutholib, kemudian berdo`a “ YA Allah kami pernah berdo`a dan bertawassul kepadaMu dengan Nabi kami maka Engkau turunkan hujan. dan sekarang kami bertawassul dengan paman Nabi kami, maka turunkanlah hujan” Anas berkata “Maka turunlah hujan kepada kami” (HR. Al Bukhori)
2. Dzikir berjama`ah
Membaca dzikir dengan berjama`ah sehabis menunaikan sholat maupun dalam momen tertentu, seperti istighotsah, Tahlilan adalah perbuatan yang tidak bertentangan dengan ajaran Agama bahkan termasuk perbuatan yang dituntun oleh Agama.
Dalilnya:
فاذكروني اذكركم (البقرة : 152)
“Ingatlah (berdzikirlah) kamu semua kepadaKu niscaya Aku ingat kepadamu” (Al Baqoroh 152)
لا يقعد قوم يذكرون الله عز وجل إلا حفتهم الملائكة وغشيتهم الرحمة ونزلت عليهم السكينة وذكرهم الله فيمن عنده (رواه مسلم)
“Tidaklah sekelompok orang yang duduk berdzikir kepada Allah kecuali mereka dikerumuni malaikat, diliputi rahmat dan ketentraman turun kepada mereka, serta Allah akan menyebu-nyebut mereka kepada para Malaikat disisinya” (HR. Muslim)
3. Ziarah kubur
Pada masa awal Islam Nabi melarang umat Islam melakukan ziarah kubur karena khawatir umat Islam akan menjadi penyembah kuburan. Setelah akidah umat Islam kuat dan tidak ada kekhawatiran untuk berbuat syirik Nabi membolehkan para sahabatnya untuk melakukan ziarah kubur.
Rosulullah bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم إنى كنت نهيتكم عن زيارة القبور ألا فزوروها فإنها تزهد فى الدنيا وتذكر الأخرة (رواه إبن ماجه)
Rosulullah SAW bersabda, “ sesungguhnya aku pernah melarang kalian berziarah kubur. Ingatlah, maka berziarahlah kekubur karena sesungguhnya hal itu dapat menjadikan sikap zuhud di dunia dan dapat mengingatkan kepada akhirat”. (HR. Ibnu Majjah)
4. Merayakan maulid Nabi
Sebagai seorang mukmin pengungkapan rasa syukur dan kegembiraan atas nikmat yang diterima adalah suatu keharusan begitu pula dengan kelahiran seseorang kealam dunia merupakan nikmat tidak terhingga yang harus disyukuri. Sebagaimana mensyukuri hari kelahiran Nabi dengan berpuasa.
Dalam sebuah hadis diriwayatkan
عن ابي قتادة الأتصارى ر.ض. أن رسول الله صلى الله عليه وسلم سئل عن صوم الإثنين فقال فيه ولدت وفيه أنزل علي (رواه مسلم)
Diriwayatkan oleh Abu Qotadah Al Anshori, bahwa Rosulullah pernah ditanya tentang puasa senin maka beliau menjawa, “pada hari itulah aku dilahirkan dan wahyu diturunkan kepadaku”. (HR. Muslim)
5. Berzanzen, Dziba`an, Burdahan, Manaqiban
Dalilnya
وقد ورد في الأثر عن سيد البشر صلى الله عليه وسلم أنه قال من ورح مؤمنا فكأنما احياه ومن قرأ تاريخه فكأنما زاره ومن زاره فقد استوجب رضوان الله فى حرور الجنة وحق على المرء أن يكرم زائره.
Terdapat dalam sebuah atsar dari gustinya manusia saw. Sesungguhnya beliau bersabda, “Barang siapa membuat (menulis biografi seorang mukmin maka ia seperti menghidupkanya kembali dan barang siapa membaca sejarahnya maka seolah-olah ia mengunjunginya dan barang siapa mengunjunginya maka ia berhak mendapatkan ridho Allah dalam surga dan sudah seharusnya bagi seseorang memuliakan orang yang menziarahinya”.
6. Tahlilan
Berkumpul untuk melakukan tahlilan merupakan tradisi yang telah diamalkan secara turun temurun oleh mayoritas umat Islam Indonesia. Meskipun format acaranya tidak diajarkan secara langsung oleh Rosulullah namun kegiatan tersebut dibolehkan karena tidak satupun unsur-unsur yang terdapat didalamnya bertentangan dengan ajaran Islam, karena itu pelaksanakan tahlilan secara esensial merupakan perwujudan dari tuntunan Rosulullah.
·      Dalil tahlil di maqbaroh
عن أبي هريرة ر.ض. قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم من دخل المقابر ثم قرأ فاتحة الكتاب و قل هو الله احد و ألهاكم التكاثر ثم قال إنى جعلت ثواب ما قرأت من كلامك لأهل المقابر من المؤمنين والمؤمنات كانوا شفعاء له الى الله تعالى
Dari Abi Huroiroh Rosulullah saw. Bersabda, Barang siapa masuk ke pemakaman kemudian ia membaca surat Al fatikhah, Al ikhlash, Atakatsur lalu ia berdo`a “sungguh kujadikan pahala membaca kalamu untuk ahli kubur dari kaum mukminin dan mukminat, maka meraka akan menjadi penolongnya dihadapan Allah”
·      Dalil mengirim pahala kepada mayit
إذا مات أحدكم فلا تحبسوه واسرعوا به الى قبره فاليقرأ عند رأسه بفاتحة الكتاب وعند رجليه بخاتمة البقرة فى قبره (روا الطبرانى والبيهقى)
Ketika salah satu kalian mati janganlah kalian menahanya dan segeralah menguburnya dan bacakan dikepalanya permulaan Al qur`an d dikakinya penutup surat Al baqoroh dikuburnya. (HR. Atabrani dan baihaki)
·      Dalil pahala sedekah untuk mayit
أن رجلا قال للنبي صلى الله عليه وسلم إن ابي مات وترك مالا ولم يوص فهل يكفر عنه ان اتصدق عنه قال نعم (رواه مسلم)
Sesungguhnya seorang berkata kepada Nabi saw. Sesungguhnya ayahku mati meninggalkan harta dan tidak berwasiat apakah dapat menghapus dosanya manakala aku bersedekah untuknya? Nabi bersabda, Ya. (HR. Muslim)
·      Dalil selamatan 7 dan 40 hari kematian
قال طاوس إن الموتى يفتنون فى قبورهم سبعا فكانوا يستحبون أن يطعموا عنهم تلك الأيام. وعن عبيد بن عمير قال يفتن رجلان مؤمن و منافق فأما المؤمن فيفتن سبعا وأما المنافق فيفتن اربعين صباحا.
Thowus berkata, sesungguhnya orang mati mendapatkan fitnah didalam kubur mereka selama 7 hari. Dan dari Ubaid bin Umair berkata, Dua orang akan mendapatkan fitnah, yakni oranh mukmin dan orang munafiq. Adapun orang mukmin mendapatkan fitnah selama 7 hari, sedangkan orang munafik mendapatkan fitnah selama 40 hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar