Sabtu, 28 Desember 2013

Tetap Idealis & Kaya

Ada pertanyaan yang cukup mengusik yang dilontarkan oleh seorang teman yang baru saja terpilih sebagai ketua ormas tingkat kabupaten. Teman penulis tersebut bilang "Apa bisa kita menjadi kaya tapi tetap idealis, ya?". Penulis agak terhenyak karena pertanyaan tersebut barangkali ada background sejarah yang memang seolah-olah bertolak belakang, ketika semua orang pengen instan sukses tanpa berkeringat dan berpikir.


Memang saat ini kalau boleh jujur, banyak orang yang tidak "betah" dengan proses maunya cepat cepat sehingga kemudian menempuh jalan pintas, dan ini tidak hanya melanda para aktivis-aktivis organisasi, tetapi juga para pemain baru di entrepreneurship, guru-guru dan dosen yang mengejar sertifikasi, para birokrat yang pengen segera duduk empuk di kursi jabatan, para politisi yang duduk di parlemen bahkan carik-carik yang mengejar PNS. Ijasah S1/s2 tanpa kuliah yang memadai, pura-putra punya usaha agar dapet uang utangan bank, fee proyek sebagai fee sukses untuk proyek pemerintah, dan lain-lain itu adalah sedikit dari modus-modusnya orang cepet sukses instan.

Sukses instan itu sebenanrnya kurang menyehatkan, karena sukses itu tidak hanya sekedar limpahan uang belaka, tapi kepuasan batin ketika kita susah dan berpayah-payah adalah hal yang tidak bisa di kurs-kan dengan uang. Uang yang diperoleh secara instan biasanya cenderung mudah menguap terhadap hal-hal yang kurang berguna. Kita mungkin untul hal ini bisa belajar pada Pak Ciputra, yang kesuksesannya karena menerapkan disipilin untuk tidak instan dalam memperoleh sebuah kesuksesan, semua dijalani dengan semangat jujur, berani dan optimis. Kalau kita tidak berani berproses maka kita akan mudah terjungkal.

Ibaratnya pohon yang tinggi dan besar, yang tidak mudah oleng oleh angin tentunya dijalani dengan penguatan fundamental akar-akarnya terlebih dahulu, kemudian berfoto sintetis dengan kebenaran cayaha matahari dan kejujuran untuk terus digaris tegak menuju arah cahaya matahari. Bila melihat tersebut kok rasanya tetap idealis di garis jujur  dan semagat  yng tinggi kita tetap bisa kaya dan sukses. Tetapi harus diingat kaya itu bukan tujuan, tujuan hidup kan fiddunya hasanah, wa filakhirati hasanah, sukses dunia dan akhirat.Insyaallah.

3 komentar: