Kamis, 26 Mei 2016

Inilah Rentetan Keistimewaan Pesantren dalam Pandangan Gus Mus

Inilah Rentetan Keistimewaan Pesantren dalam Pandangan Gus Mus

Berbicara di hadapan ribuan peserta bedah bukuPendidikan Karakter Berbasis Tradisi Pesantren, KH Musthofa Bisri menyebutkan sejumlah keistimewaan pesantren yang tidak dimiliki lembaga lain.


"Nilai dari pesantren dulu yang mengalami pergeseran adalah kesederhanaan," kata Gus Mus, sapaan akrabnya, Selasa (26/4).

Bagi Pengasuh Pesantren Raudlatut Thalibin Rembang ini, kesederhanaan para kiai yang akhirnya membuat mereka kaya dari dalam. "Karena kiai kaya adalah yang tidak butuh apa-apa," tegasnya.

Lebih lanjut, Gus Mus mengemukakan sekalipun manusia memiliki 10 mobil, demikian juga rumah dalam jumlah banyak, tapi ketika masih merasa butuh, maka yang bersangkutan akan merasa kurang.

"Carut -marut kondisi bangsa ini lantaran para pemimpin hingga rakyatnya hidup secara berlebihan," ungkap Gus Mus. Dan pesantren pada jaman dulu lewat keteladanan kiainya telah mengajarkan kesederhanaan sehingga merasa cukup dengan apa yang dimiliki, lanjutnya.

Hal kedua yang berbeda dari pesantren adalah pertangggungjawaban ilmiah. "Ilmu yang diperoleh para santri dari kianya dapat dipertanggungjawabkan hingga yaumul kiamah," kata kiai berambut putih ini.

Kondisi ini sangat berbeda dengan pola pencari ilmu jaman akhir yang menyukupkan transformasi pengetahuan lewat media pembelajaran secara instan. "Satu hadits yang dipelajari para santri, dapat dipertanggungjawabkan sanadnya hingga generasi sahabat," jelas Gus Mus.

Dan yang ketiga dari pesantren adalah ruhud dakwah, dalam artian menyikapi sekeliling sebagai sarana dakwah. "Dengan demikian, para kiai dan santri tidak mudah mengumbar dalil ketika melihat penyimpangan di masyarakat," katanya. Yang dilakukan justru semangat mengajak atau berdakwah sebagaimana dilakukan baginda Nabi Muhammad SAW, lanjutnya.

Sebagai ilustrasi, ketika ada tawaran dari Malaikat Jibril untuk menghancurkan kalangan penentang dakwah, hal tersebut justru ditolak baginda Nabi Muhammad. Hal yang sama juga dilakukan Wali Songo dengan lebih melakukan pendekatan kepada masyarakat Jawa kala itu, tentunya dengan semangat dakwah.

"Tapi pekerjaan Wali Songo telah kita habisi dengan tidak lagi mengundang, malah menendang, bukannya merangkul tapi memukul" kata Gus Mus. Hal ini terjadi karena semangat dakwah dari umat Islam kian hilang dan berganti dengan kegarangan. "Akibatnya, umat Islam yang awalnya 90 persen, kita hanya menyisakan 70 persen saja," keluh dia.

Gus Mus tampil pada rangkaian Satu Abad Madrasah dan 191 tahun Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas Jombang. Tampil juga KH Husein Muhammad dan penulis buku, Ahmad Hilmi. Kegiatan dilangsungkan di aula pesantren setempat. 
(Ibnu Nawawi/Zunus)
Sumber: nuonline

Tidak ada komentar:

Posting Komentar