Senin, 30 Desember 2013

Jalan Terjal Kebenaran

Tadi malam saya pergi nglayat (takziah) ke rumah Ibu dari salah seorang kolega di kampus  kami, katanya meninggal dunia umur 83 tahun . Jaraknya sebenarnya tidak jauh dari rumah kami mungkin 15 km, namun daerah yang di tuju belum kami kenal. Kami rombongan dua mobil.


Rombongan dua mobil ini sama-sama tidak tahu persis lokasinya, sehingga kemudian kita sama-sama berijtihad dengan persepsi kita masing-masing. Awalnya rombongan mobil kami ada di depan ternyata kemudian, setelah melewati tegalan –lebih mirip hutan- kami sampai ke ujung jalan, dan ketika kami tanya pada orang yang sedang jagongan di sebuah warung kecil, ternyata di sana tidak kenal nama teman kami tersebut, parahnya kami tidak tahu nama Ibu teman kami yang baru meninggal 3 hari kemarin. Kemudian di putuskan teman kami yang satu mobil lain berada di depan kami. Mobil depan melaju dengan cepat, dan kami kehilangan kontak –maklum sinyal hp drop ditempat - teman kami tersebut.

Akhirnya kami memutuskan untuk mencari sendiri sambil mencoba menghubungi teman-teman kami yang telah nglayat terlebih dahulu, ternyata sebagian besar tidak berhasil kita hubungi. Terpaksa kami menghubungi pimpinan kampus kami, yang sehari sebelumnya sudah kesana. Dan alhamdulillah kami telah berhasil menghubungi beliaunya. Kemudian beliau menerangkan posisi rumah Ibu teman kami yang telah meninggal, dia bilang kami disuruh terus aja setelah melewati perempatan nanti ada jurang kemudain utara jalan ada bendera hijau, dan disitulah tempat rumah Ibu teman kami.

Ternyata hal tersebut tidak cukup untuk memberi petunjuk bagi rombongan kami, bahkan kami malah masuk ke desa lain dan kami tidak menemukan tanda-tanda rumah Ibu teman kami tersebut. Rombongan satunya kemudian call kami dan mengatakan sudah sampai pada shirathal mustaqim (jalan yang benar) menuju rumah Ibu teman kami, dan kami di suruh menyusul di belakang rombongannya. Dia menunggu di sawah-sawah yang gelap giulita karena malam telah merayap.
Rombongan mobil kami kemudian kembali ke perempatan yang di tuju, dan bertanya pada orang yang sedang berada di dekat perempatan tersebut, orang tersebut memberi petunjuk ke arah timur dan dekat sekali dengan perempatan, setelah melewati petunjuk tersebut kami berhasil menemukan rumah Ibu teman kami, anehnya rombongan teman kami yang katanya tadi sudah menemukan shiratal mustaqim tersebut malah belum nyampe. Kira-kira 15 menit kemudian baru nyampai, dan dengan terbengong-bengong kemudian berucap, kok sampean bisa sampek duluan, padahal tadi kan di belakang saya, malah tadi tak tunggu-tunggu tidak muncul, tahu-tahu dah nyampek duluan, dengan logat khasnya.

Asal tahu saja, rombongan teman kami itu isinya doktor dan master semua, begitu juga yang di rombongan kami, yang saya call juga seorang doktor juga. Ternyata untuk memberi petunjuk dan mencari petunjuk sederhana dan dekat saja susahnya bukan main. Kami hampir satu jam berputar-putar mencari rumah Ibu teman kami, padahal waktu itu kami sudah berada di desa yang kami tuju. Orang-orang -yang merasa-pintar juga bukan jaminan paling bisa menemukan kebenaran, masih butuh kearifan untuk menyulam kebenaran-kebenaran local wisdom -kearifan lokal.

Ternyata memang persepsi itu tidak bisa dipaksakan, dan persepsi kita ternyata tidak semuanya bisa dijadikan patokan kebenaran meskipun seberapa pintar kita. Karena itu banyak hal yang tidak dibutuhkan pikiran-pikiran canggih untuk memutuskan sesuatu. Seorang yang tercerahkan seharusnya bisa memaknai bahwa persepsi pikiran sendiri belum tentu benar, bahkan persepsi yang di bangun bersama-sama pun bisa jadi juga belum tentu benar. Karena itu JANGAN MENUHANKAN PERSEPSI KITA, SUPAYA TIDAK TERSESAT. Ada banyak kebenaran-kebenaran sederhana yang ada dilingkungan kita, yang sejatinya ternyata malah itulah kebenaran. Bukan yang kita persepsikan dan bukan yang kita  teorisasikan. Indahnya memang mencari kebenaran itu meski kemudian kita harus melalui klaim-klaim kebenaran (claim of truth) dan jalan-jalan terjal itu, dan lucunya ternyata kebenaran itu sederhana tidak butuh jalan terjal!.hehehe

Tidak ada komentar:

Posting Komentar