Minggu, 12 Juni 2016

Memaknai sakit dalam islam

Dalam Islam sejatinya sakit itu adalah tanda kasih sayang Allah..

Sakit, sebagaimana juga setiap ujian, bukan menguji ketangguhan dan kemampuan.

Sebab sakit Allah beri sudah sesuai dengan takaran dan daya tahannya.

Ia sejatinya menguji kemauan untuk memberi makna. Tetap berharap pada Allah atau menerima jalan pintas iblis laknatullah..

Maka bagi dia yang mampu memberi makna terbaik bagi sakit, insya Allah kemuliaannya diangkat dan membuat malaikat yang selalu sehat takjub.

Sakit itu dzikrulloh..
Mereka yang menderitanya akan lebih sering dan syahdu menyebut Asma Allah dibanding ketika dalam sehatnya.

Sakit itu istighfar..    
Dosa-dosa akan mudah teringat, jika datang sakit. Sehingga lisan terbimbing untuk mohon ampun.

Sakit itu tauhid..    
Bukankah saat sedang hebat rasa sakit, kalimat thoyyibat yang akan terus digetar?

Sakit itu muhasabah..    
Dia yang sakit akan punya lebih banyak waktu untuk merenungi diri dalam sepi, menghitung-hitung bekal kembali.

Sakit itu jihad..    
Dia yang sakit tak boleh menyerah kalah.. diwajibkan terus berikhtiar, berjuang demi kesembuhannya dijalan Allah..

Sakit itu ilmu..    
Bukankah ketika sakit, dia akan memeriksa, berkonsultasi dan pada akhirnya merawat diri untuk berikutnya ada ilmu untuk tidak mudah kena sakit.

Sakit itu nasihat..
Yang sakit mengingatkan si sehat untuk jaga diri. Yang sehat hibur si sakit agar mau bersabar. Allah cinta dan sayang keduanya.

Sakit itu silaturrahim..    
Saat jenguk, bukankah keluarga, atasan , teman bahkan ikhwah fillah yang jarang datang akhirnya datang membesuk, penuh doa, senyum dan rindu mesra? Karena itu pula sakit adalah perekat ukhuwah Islamiyah.

Sakit itu gugur dosa..    
Barang haram tercelup di tubuh dilarutkan di dunia, anggota badan yang sakit dinyerikan dan dicuci-Nya.

Sakit itu mustajab doa..
Imam As-Suyuthi keliling kota mencari orang sakit lalu minta didoakan oleh yang sakit.

Sakit itu salah satu keadaan yang menyulitkan syaitan, diajak maksiat tak mampu-tak mau, membiasakan diri menahan hawa nafsu, dosa yang lalu disesali kemudian in syaa Allah diampuni Allah.

Sakit itu membuat sedikit tertawa dan banyak menangis..    
Ini satu sikap keinsyafan yang disukai Nabi dan para makhluk langit.

Sakit meningkatkan kualitas ibadah..    
rukuk-sujud lebih khusyuk, tasbih-istighfar lebih sering, tahiyyat-doa jadi lebih lama.

Sakit itu memperbaiki akhlak..
Kesombongan terkikis, sifat tamak dipaksa tunduk, pribadi dibiasakan santun, lembut dan tawadhu.

Akhirnya sakit membawa kita untuk selalu ingat mati. Mengingat mati dan bersiap amal untuk menyambut datangnya kematian yang bisa kapan saja, adalah pendongkrak derajat ketaqwaan.

 Sekjen Mualaf Centre Indonesia : Hanny Kristianto 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar