Minggu, 01 Mei 2016

PERINGATI HARLAH KE 93: NU Minta Presiden Jokowi Kukuhkan 1 Juni sebagai Harlah Pancasila

NU Minta Presiden Jokowi Kukuhkan 1 Juni sebagai Harlah Pancasila

Pasuruan - Nahdlatul Ulama (NU) melaksanakan peringatan Hari Lahir NU ke-93 di lapangan Candra Wilwatikta, Pasuruan, Jawa Timur yang dihadiri sekitar 15.000 orang yang berasal dari kalangan Nahdliyin (ansor, banser, fatayat, muslimat) dan ormas-ormas se-Jawa Timur, antara lain Persatuan Alumni GMNI, FKPPI, PMKRI, dan GMKI.

Pada acara yang digelar pada Sabtu (30/4) malam tersebut, NU secara resmi dan kelembagaan meminta kepada Presiden Jokowi untuk menetapkan 1 Juni 1945 sebagai Hari Lahir Pancasila.
"PBNU telah melakukan berbagai kajian akademis, baik yang bersifat historis maupun ideologis, dan hasilnya tidak dapat dipungkiri bahwa pada 1 Juni 1945 itu di depan sidang BPUPKI Bung Karno untuk pertama kali mencetuskan dan menawarkan gagasannya tentang lima dasar Indonesia Merdeka yang diberi nama Pancasila," ujar Said Aqil Siradj, Ketua Umum PBNU.
Kiyai Muttawaqil Alallah, Ketua PWNU Jawa Timur dalam sambutannya mengatakan prihatin, karena sampai detik ini hingga menjelang 72 tahun Indonesia merdeka, hari lahir Pancasila sebagai dasar negara masih belum ditetapkan.
"Bayangkan, hari buruh saja kita peringati, hari Proklamasi juga kita peringati dan lain-lain, kok hari lahirnya Pancasila tidak pernah kita peringati," Muttawaqil.
Komandan Apel Besar NU, Saefullah Yusuf dalam pidatonya menegaskan, "Dari Jawa Timur akan kita kawal penetapan 1 Juni sebagai hari lahir Pancasila", ujarnya berapi-api.
Sementara, Megawati Soekarnoputri yang diundang secara khusus oleh panitia dalam kapasitas sebagai Presiden RI ke-5 dan putri Bung Karno didapuk untuk menerima dokumen kajian akademis yang telah disusun oleh PBNU tentang usulan penetapan 1 Juni 1945 sebagai Hari Lahir Pancasila. Dokumen tersebut diserahkan langsung di hadapan 15.000 peserta yang hadir dan tokoh tokoh NU se-Jawa Timur oleh Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj.
Dalam sambutannya, Megawati mengungkap perasaan kerinduannya dengan keluarga besar NU. Dia mengatakan, hubungan baik dengan NU sudah terbina baik sejak jaman Bung Karno hingga ia meneruskan hubungan dengan Gus Dur.
Mega mengungkapkan, meskipun sering terjadi perbedaan pendapat dengan Gus Dur pada masa lalu tetapi hubungan pribadi dan kekeluargaan selalu baik hingga saat ini. Mega mengisahkan, Gus Dur pernah berpesan kepada dirinya bahwa antara NU dan PDI Perjuangan atau kalangan nasionalis tidak boleh pecah.
"Sebab, jika NU dan kaum nasionalis pecah maka negara ini bisa bubar, mari kita jaga persatuan bangsa dengan perekat ideologi Pancasila," tutur Mega.
Ketua Fraksi PDIP MPR, Ahmad Basarah yang juga hadir dalam acara tersebut mengungkapkan kebahagiaan dan apresiasinya atas prakarsa PBNU mengusulkan penetapan 1 Juni 1945 sebagai Hari Lahir Pancasila kepada Presiden Jokowi. Hal ini akan melengkapi dokumen ketatanegaraan yang telah menetapkan 18 Agustus 1945 sebagai Hari Konstitusi melalui Keppres Nomor 18 tahun 2008.
"Seperti kita ketahui pada 18 Agustus 1945 tersebut Pantia Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau (PPKI) telah mengesahkan untuk pertama kali UUD 1945 sebagai konstitusi negara Indonesia merdeka. Dengan demikian akan semakin sempurna jika 1 Juni 1945 ditetapkan sebagai hari lahir Pancasila melalui sebuah keputusan presiden," kata Basarah.
Dalam acara tersebut, Megawati juga didampingi oleh Sekjen PDIP Hasto Kristyanto, Ketua DPP PDIP Prananda Prabowo, Ketua Fraksi PDIP MPR Ahmad Basarah, Wagub DKI Djarot Saiful Hidayat, serta anggota DPR Ario Bimo dan Diah Rieke Pitaloka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar