Rabu, 25 Mei 2016

NU-Muhammadiyah Dua Sayap Garuda Indonesia Benteng dari “Khilafah”

Ada beberapa golongan yang keukeuh bahwa Indonesia harus menjadi negara yang bersyariat atau berideologi Islam secara total. Sebut saja orang-orang dari kalangan HTI dan sekutunya. Mereka mengatakan bahwa hukum di negara Indonesia adalah hukum thagut. Tetapi yang aneh dan terasa bodoh, walaupun mereka orang-orang yang berpendidikan adalah, kalaulah Indonesia berhukum kepada thagut mengapa mereka masih menggunakan jasa bank, menggunakan mesin ATM untuk mengambil uang, masih menggunakan jasa para pengacara, masih senang menonton televisi dan konser-konser musik dangdut atau musik rock, dan lainnya ?

nu-tolak-khilafah

Mereka menggunakan tafsiran Barat dalam mengartikan kata “Nasionalisme“ itu, padahal kalau mereka cerdas sudah barangtentu tidak perlu menggunakan penafsiran kaum Barat yang notabene produk kafir. Ambil saja penafsiran berdasarkan al-Quran dan al-Hadits yang selama ini mereka jargonkan, atau mungkin saja para ulama mereka belum mendapatkan ayat dan haditsnya ? Yang lebih menariknya, produk yang mereka (HTI) bawa adalah produk yang gagal di Jazirah Arab sana. Jadi apa dalilnya wajib membawa produk gagal ke bumi Indonesia ?
Nabi Saw itu diperintahkan oleh Allah untuk menyeru dan mengajak manusia masuk ke dalam agama Islam, bukan untuk mendirikan negara Islam. Jadi bagaimana mungkin mendirikan negara Islam bisa menjadi sesuatu yang diwajibkan oleh HTI sedangkan Allah dan Nabi-Nya sendiri tidak mewajibkan bagi seluruh umatnya?
Sungguh konyol ada yang berusaha menghidupkan Kembali “sistem” pemerintahan yang telah terbukti gagal itu. Mereka ngotot bahwa Khilafah adalah satu-satunya sistem atau bentuk pemerintahan yang Islami. Selainnya itu Kufur.
Mereka berpandangan akibat sistem sekuler negara bangsa, umat Islam terpecah belah dan terpisah karena batas-batas negara. Intinya mereka bercita-cita menyatukan semua umat Islam di seluruh dunia dalam satu naungan yang namanya Khilafah dan dipimpin oleh seorang yang disebut Khalifah, konsekuensinya adalah menghapus negara bangsa seperti Indonesia, Malaysia, Mesir dan seterusnya. ( Baca HTI, ISIS, WAHABI MERETAS NKRI )
Mereka terbius oleh doktrin “Islam adalah agama sekaligus negara”. Sejatinya Khilafah adalah produk ijtihad politik yang terjadi di masa lalu, masa ‘Khulafaur Rasyidin’ ; Sayyidina Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib, (plus Sayyidina Hasan bin Ali bin Abi Thalib yg menjabat singkat). Dan dunia Islam juga tahu bahwa para Khalifah itu pun akhirnya terbunuh secara mengenaskan, Umar bin Khattab ditikam, Utsman bin Affan disembelih, Sayyidina Ali bin Abi Thalib ditikam, sedangkan Sayyidina Hasan (sekalipun sudah tidak menjabat Khalifah) beliau meninggal karena diracun.
Ada satu analisa bagaimana cara radikalis Islam yang sudah merusak banyak negara arab masuk ke Indonesia.
Indonesia ini negara yang seksi. Dengan jumlah penduduk mencapai 300 juta lebih dan hampir 90 persennya beragama Islam, maka Indonesia adalah “pangkalan” yang tepat untuk menguasai Asia Tenggara.
Anda perhatikan negara besar sekeliling kita mulai dari Singapura, Thailand, Malaysia, Papua Nugini, NewZealand dan Australia, negara mana yang tidak termasuk negara persemakmuran atau commonwealth nations ? Ya, tentu saja Indonesia. Meskipun pernah dijajah Inggris, Indonesia tidak pernah mau menjadi anggota persemakmuran yang pusatnya ada di mereka. ( Baca HTI ANGGAP NASIONALISME ITU SEBAGAI JAHILIAH MODERN )
Sesudah peristiwa 1965 yang berakhir dengan kemenangan blok barat dan mendudukkan Soeharto sbg Presiden, secara otomatis ekonomi kita sudah dikuasai oleh barat. Menariknya bangsa kita, penguasaan barat itu tidak termasuk ideologi kita. Kenapa ?
Nah, ini yang menarik untuk kita pelajari.
Perjuangan kita beratus tahun melawan penjajahan-lah mungkin penyebab terbesarnya. Negara hindia belanda belajar, bagaimana kerasnya perlawanan kita. Ada sisi “ego” yang kuat dari sebagian besar bangsa kita untuk menolak dijajah kembali dalam bentuk ideologi. Karena itulah barat hanya bisa menguasai kita melalui ekonomi melalui pejabat2 yang bisa dibeli.
NU_muhammadiyahSandungan terbesar barat dalam menguasai ideologi bangsa adalah penduduk muslim yang mayoritas, terutama Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah. Kenapa ? Karena gabungan mereka menguasai lebih dari 50 persen muslim Indonesia.
Karena itulah untuk menguasai Indonesia, jalan terbaik bagi barat adalah menguasai organisasi muslim di sini. Dan seperti biasa musang berbulu domba, barat tidak mungkin tampil dengan baju musang, maka mereka mencari domba untuk bisa bekerjasama. Domba yang terbaik yang biasa mereka pakai untuk menyusup ke negara-negara arab tentu saja Arab Saudi dan Qatar. Mereka sudah pernah bekerjasama sebelumnya di Suriah, Libya, Irak, Afghanistan dan beberapa negara. Dan kita lihat keberhasilan mereka, negara-negara itu porak poranda.
Begitu juga apa yang mereka lakukan di Indonesia.
Barat, melalui Saudi dan Qatar, masuk dengan menguasai atau membentuk lembaga-lembaga tandingan yang berbaju muslim. Mereka didoktrin untuk radikal dan dibiayai. Mereka menggelontorkan dana ratusan triliunan rupiah untuk membangun masjid2 dan pesantren2 dengan rencana besar untuk melahirkan generasi-generasi radikal. Mereka menciptakan ulama-ulama instant, menjadikannya selebriti untuk memecah soliditas muslim Indonesia. Bahkan selebritis di dunia hiburan pun mereka angkat dan mereka besarkan sebagai perwakilan. Mereka membuat partai untuk memuluskan jalan mereka ke pemerintahan.
Salah satu lembaga yang harus mereka kuasai adalah Majelis Ulama Indonesia. Bagaimana kita bisa tahu bahwa MUI mereka kuasai ? Perhatikan, apa yang dilakukan MUI tidak jauh beda dengan yang dilakukan ulama-ulama Saudi dan Qatar, yaitu dari fatwa-fatwanya yang nyeleneh, mengandung perpecahan dan dikuasai oleh uang. Sebegitu nyelenehnya fatwa MUI Samarinda yang mengharamkan polisi tidur sama nyelenehnya dengan fatwa ulama Saudi yang meng-haramkan tomat karena ketika dibelah, struktur tomat membentuk salib.
Mari kita pahami sekali lagi, bahwa gerakan yang mengatasnakan dakwah Islam dan kembali kepada al-Quran dan as-Sunnah atau yang mengajak untuk kembali kepada ke-khilafahan merupakan sebuah usaha pengelabuan terhadap kaum muslimin yang awam untuk mengambil alih kekuasaan dari pemerintahan yang sah. Sehingga gerakan ekstrem yang mengatasnamakan agama ini (Wahabi Takfiri dan Wahabi Khawarij) serta gerakan politik dengan mengerahkan massa seperti HTI ataupun PKS dan bentukannya yang berusaha menguasai lembaga tinggi negara dan keagamaan seperti MUI, hadir sebagai gerakan politik yang ingin mempengaruhi kebijakan negara dan pemerintahan Indonesia serta menghacurkan tradisi dan budaya keagamaan ala NU dan Muhammadiyah.
Meskipun begitu, MUI berhasil membangun konsep sebagai kumpulan ulama yang harus dipanuti fatwanya. Muslim-pun terbelah.
Sesudah mereka berhasil membangun satelit-satelit di daerah-daerah melalui masjid-masjid, pesantren-masjid dan MUI, anda sudah bisa paham kemana tujuan utama mereka. Ya betul, NU dan Muhammadiyah. Menguasai 2 lembaga besar ini sama saja dengan menguasai Indonesia. Dan menguasai Indonesia sama dengan menguasai Asia tenggara. ( Baca PETISI ANAK NEGRI, TVRI JADI CORONG DOKTRIN ANTI NKRI OLEH HTI )
Jadi pahami, kenapa NU dan Muhammadiyah beserta pemerintah sekarang mengusung konsep Islam Nusantara. Ya, itu untuk memisahkan diri dari gerakan mereka yang berbaju Islam tapi membawa agenda politik dan grand design yang berbahaya yaitu disintegrasi atau perpecahan bangsa.
Dan yakinlah bahwa kaum radikalis ini tidak berhenti sampai disitu saja.
Ricuhnya Muktamar NU dan meledaknya bom di Makassar – tempat Muhammadiyah melaksanakan Muktamar – adalah indikasi kuat bagaimana mereka melakukan segala cara untuk menguasai keduanya. Karena hanya kedua organisasi itulah yang sekarang ini menjadi andalan pemerintah. Dua sayap garuda. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar